Parenting Blues (Part II)

“Mama boleh deh kena parenting blues, tapi Ayah yakin itu nggak akan lama. Kita musti contoh orangtua anak-anak pendiri Google ini Ma.” Suamiku memulai impiannya. “Duuh Ayah, orang lagi kena parenting blues malah dikasih cerita soal parenting.” Aku manyun.

“Wis to…pokoknya Mama dengerin aja cerita Ayah, Ayah cuma mau cerita koq. Ini cerita soal pendiri Google. Mereka itu masih muda Ma, seumuran ayah, namanya Larry Page dan Sergery Brin. Sejak kecil, kedua orangtua mereka (keduanya professor) mendidik mereka untuk jago berargumen. Mereka juga sama-sama jago matematika. Padahal mereka nggak saling kenal lho, mereka cuma tiba-tiba ketemu pas sama-sama ambil Phd. Tapi typical didikan orangtuanya sama. Anak-anaknya dibebaskan berpikir dan merdeka dari dogma. Berargumen tentang apapun merupakan makanan mereka setiap hari.
Continue reading “Parenting Blues (Part II)”

Parenting Blues (Part 1)

“Yah, aku lagi kena Parenting Blues nih Yah!” Mendengarnya suamiku langsung mengernyitkan dahi lalu melebarkan senyumnya. “Sekarang penyakit Mama keren-keren ya, canggih-canggih banget, modern banget hehehe. Sekarang parenting blues. Rasanya seminggu yang lalu baru ngeluh kena writing blues deh, sebelumnya lagi baru kena cooking blues, baking blues. He he he…hebat tenan!” Suamiku ngeledek.

Lha koq malah ngeledek. Bener lho, tenan, sueer… aku ini kayaknya lagi kena Syndrom Parenting Blues. Memang sih nama penyakitnya aku karang-karang sendiri, tapi maksudnya kalau yang ada blues-blues nya kan asosiasinya ke arah penyakit depresi alias yang negatif-negatif terhadap sesuatu gitu. Soo..boleh kan aku bikin nama penyakit baru buat diriku sendiri hehe.
Continue reading “Parenting Blues (Part 1)”

Kecemasan Mama

Dimuat di : Ranesi

Ini cerpen pertamaku.Kedua sih sebetulnya, tapi cerpen yang pertama betul-betul nggak masuk hitungan,bikinnya asal banget dan nggak masuk kriteria cerpen lah pokoknya hehe. Jadi anggap saja ini cerpen pertama :-) Niatku membuat cerpen ini buruk, betul-betul karena ngiler sama bayarannya yang 100 euro, soalnya lagi nggak punya duit. Tunggu punya tunggu ini cerpen nggak dimuat juga sama Ranesi. Padahal katanya batas pemberitahuannya sebulan. Yah hopeless lah aku.Mutung. Aku jadi merasa nggak bisa nulis fiksi dan merasa niatku yang ternoda dengan uang itu lah penyebab cerpenku nggak dimuat. Akhirnya aku betul-betul melupakan cerpenku ini. Asli mutung, melirik pun tak mau lagi hehe. Sampai akhirnya barusan aku dapat kabar dari Mbak Desy, cerpenku dimuat!

Alhamdulillah…Makasih ya mbak Des atas pemberitahuannya :-). Tapi walaupun dimuat bukan berarti cerpen ini bermutu loh, kayaknya cuma karena Allah nggak mau liat aku mutung kali ya hihi ge-er. Jadi kalau ada yang mau kasih kritik dan saran, duh mau banget. Biar aku nggak kapok nulis fiksi lagi. Tapi sebetulnya, kalo dapat 100 euro lagi sih nggak akan kapok nulis fiksi lah ya, haha dasar! Cewek matre…cewek matre kelaut ajeh! Eh tapi 100 euro belum dipotong pajak 39 % loh, but masih lumayan laah buat ngisi dompet yang kosong hehe…

Ini dia si cerpen yang sempet bikin mutung :-) :

“Eh, kamu harus kasih selamat sama Ben!”kata seorang perempuan paruh baya mengagetkanku. Nyonya Elske Holander, perempuan tetangga sebelah rumahku tiba-tiba datang menghampiri. Aku baru saja mengambil barang belanjaan dan memarkir sepeda di halaman depan. Ia muncul bersama anak lelakinya yang berumur tanggung, mungkin sekitar 13 tahun.
Continue reading “Kecemasan Mama”

“Menanamkan Jiwa Wirausaha, Bikin Matre?”

“Wah ternyata Ibu Stephen King suka membeli karya-karya King kecil dengan sejumlah uang! Bagus nih, pasti ibunya ingin King punya jiwa enterpreneur (wirausaha).” Suamiku menceritakan secuil hasil bacaannya dari buku ‘Stephen King on Writing’. Ah ya, cocok dengan kata-kata Aa Gym yang aku baca dari sebuah artikel di koran Pikiran Rakyat (3 April 2005). “Didiklah anak-anak agar memiliki jiwa wirausaha. Kalau perlu, gaji lah mereka untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Orangtua juga perlu terus membangun kemampuan berhemat anak serta kemampuan untuk tidak meremehkan jerih payah orang lain. Kalau anak-anak sudah tahu kepahitan cari uang, maka mereka akan menjadi pejuang yang tangguh dalam hidup ini.”
Continue reading ““Menanamkan Jiwa Wirausaha, Bikin Matre?””