Buku ini milik penerbit Kaifa, dengan dieditori Hernowo. Dari Bab I buku tersebut, aku semakin yakin dengan manfaat menulis. Fatima Mernissi seorang penulis tersohor wanita yakin bahwa setiap satu goresan tulisan dapat menghilangkan satu keriput di kantong mata. Menulis dapat mengencangkan kulit dan menyehatkan, itu yang diyakininya. Ternyata seorang psikolog peneliti, Dr Pennebaker, mendukung keyakinan Mernissi dengan membuktikan bahwa menulis dapat meningkatkan kekebalan tubuh seseorang. Dari sample mahasiswa yang dia teliti didapatkan kunjungan ke klinik kesehatan menurun dengan cukup signifikan setelah mereka menulis. Pemeriksaan darah yang dilakukan setelah mereka menulis pun menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Wow, ternyata kegiatan menulis itu,manfaatnya luarr biasa!Dari hasil penelitiannya, Pennebaker menyimpulkan bahwa menulis dapat menjernihkan pikiran, menghilangkan trauma, mendapatkan dan menggali informasi-informasi baru, membantu menyelesaikan masalah dan membantu seseorang menulis ketika terpaksa harus menulis.
Karena Bondu, Lala Bolos Sekolah
Wuih pagi ini betul-betul pagi yang melelahkan!. Setiap hari Selasa, tak cuma Lala yang sekolah tapi juga Malik, jadi kerepotan bertambah. Beberapa minggu ini Lala sudah jarang terlambat sekolah lagi karena aku dan ayah sudah menemukan rumus baru. Rumusnya adalah, tak perlu masak pagi, cukup menghangatkan masakan sore. Dulu aku memasak pagi agar aku mau tak mau bisa bangun lebih pagi. Tapi ternyata, lebih enak bangun pagi diisi dengan kegiatan lain, bukan memasak. Aku jadi bisa membantu ayah menyiapkan anak-anak, dan anak-anak tak terlambat sekolah lagi.
Continue reading “Karena Bondu, Lala Bolos Sekolah”
‘Night For Atjeh”
Hari Kamis, tanggal 13 Januari 2005 ada acara “Night for Atjeh” di Grote Mark. Acara ini diselenggarakan oleh PPI Groningen dan bertujuan untuk menggalang dana bagi Aceh. Bunda hanya bisa menyumbang tenaga dengan membuatkan baso tahu dan siomay untuk dijual di acara tersebut. Ayah sebetulnya diminta untuk presentasi tentang rencana jangka panjang bagi Aceh, tapi karena sedang sibuk, ayah hanya menyanggupi untuk membaca puisi.
Empatinya Lala dan Malik sama Bunda
Sebagai orangtua, aku cuma berusaha mempraktekkan teori-teori tentang parenting yang aku tahu. Ya, kadang-kadang berhasil, kadang juga harus ikhlas kan kalau anak tetap tak sesuai teori. Namanya juga usaha :-). Tapi, hari ini hatiku serasa disiram air surga lho sama anak-anakku, ceile segitunya :-). Entah mengapa, hari ini keduanya begitu menunjukkan empati. Senang sekali rasanya.Pulang sekolah, sewaktu sedang makan, Lala melihat bunda sedang duduk di kursi. Tiba-tiba dia nyeletuk ” Bunda jangan suka kesel lagi yaa…”
“Bunda kesel kan cuma kalo lagi capek aja La, bunda udah lama nggak pernah kesel lagi kan…”
“Iya bun. Kalo gitu, kalo bunda capek, bunda bilang aja sama mbak Lala, nanti mbak Lala bantuin cuci piring, Lala suka cuci piring bun…”
“Wah, seneng sekali bunda, makasih ya sayang…”
Eh, tiba-tiba Aik nyahut, tak mau kalah.
“Kalo Aik…kalo Aik…”
“Aik mau apa sayang, mau pijitin bunda?”
“Enggak bun, Aik mau injek-injek bunda”
“Waduh, baik sekali ya anak-anak bunda…makasih sayang…”
Hmm… baru dibilang begitu aja sama anak rasanya sudah selangit deh he he.
Oya, tadi pagi, ada cerita lain lagi dari Aik. Aku lagi capek, dan entahlah bayangan-bayangan itu mengganggu lagi. Lalu aku menangis sendirian di kamar. Tiba-tiba, AIk datang menghampiriku. Melihat aku yang sedang menangis, dia langsung protes dengan wajah ikut sedih.
“Aik mau bunda nggak sedih lagi. Bunda harus tarik napas! Kalo bunda sedih nanti Aik ikut sedih…”
Hiks…hiks…aku malah tambah nangis karena terharu sama perhatian Aik. Makasih ya sayang… Makasih anak-anakku…